Naskah Drama : (*AGUSTAN T. SYAM )
“GUBERNUR NYENTRIK”
(Episode: Gubernur Negeri Para Pelupa)
PEMERAN :
LELAKI TUA (GUBERNUR)
PEREMPUAN TUA (ISTRI
GUBERNUR)
LELAKI SATU (AJUDAN)
PEREMPUAN SATU (TAMU ISTRI GUBERNUR)
ARSITEK (PERANCANG
MEGAPROYEK)
DEMONSTRAN (AKTIVIS
MAHASISWA)
DIREKTUR/DIREKTRIS
BURUH (LEBIH
DARI SATU)
PENGAMEN (LEBIH
DARI SATU)
(SATU)
Pesta kembang api, terompet tahun
baru. Seorang Tua naik sepeda kumbang dari arah penonton. Parkir dipinggir
panggung. Lampu padam seketika. Obor dinyalakan dari sudut – sudut ruang. Obor
dipadamkan lagi dalam drum. Lampu menerang lagi. Seorang laki-laki membenahi
ruang, memasang lukisan atau semacamnya. Lampu padam lagi.
LELAKI SATU
Eeeiii……Tai boro !
Malam apa ini ? Ini bukan jadwal mati lampu kan. Beli lilin,
nyalakan obor. Dalam keadaan seperti ini saya butuh lampu penerang, kalau
penonton tidak bisa memecahkan hal ini, saya bisa gila……gila ! Tai boroooo…….
(Sebuah Lampu
Menyala )
PARA PENGAMEN
(MASUK DARI SALAH SATU
SUDUT PENONTON)
Maaf para penonton, adanya kami di sini bisa dikata menjadi satu
skenario dengan cerita ini, tapi juga bisa keluar dari skenario. Sesuai
skenario atau tidak itu tergantung dari yang terbembeng, tersereah saja. Yang
jelas kami tetap maju tak gentar membela yang bayar, Itulah. Semoga penonton terhibur, dengan cerita yang
sebentar lagi akan berlangsung secara serius, benar - benar serius. Jadi kalau
anda ingin ketawa, melengkinglah seperti rajawali. Tapi diam dulu sejenak, kami
ingin menyanyi untuk Sang Gubernur Nyentrik. Gubernur Negeri Para Pelupa,
sebuah negeri yang hijau tapi gersang. Inilah lagu kami………………(LALU BERNYANYI,
KEMUDIAN BERLALU BEGITU SAJA.
LELAKI SATU
Nyalakan lagi yang lain,
semuanya. Semuanya, iya semuanya…….mau gila saya!
(Eksit)
(Orang tua tadi
memikul sepeda kumbangnya ke atas panggung. Ia menggantungnya bagai barang
antik, mengiringi dengan sebuah lagu. Ia berdiri mematung memandangi sepeda
antik itu).
PEREMPUAN TUA
(Masuk,
meletakkan surat di atas meja, lalu eksit)
LELAKI TUA
(Tak bergeming
sedikitpun)
PEREMPUAN TUA
(Dari balik
pintu)
Kenapa hanya berdiri di situ ?
LELAKI TUA
Laki-laki memang suka berdiri.
PEREMPUAN TUA
Baca surat itu.
LELAKI TUA
Saya malas membaca apapun. Begitu pentingkah surat itu ?
PEREMPUAN TUA
Baca saja, penting atau tidak nanti juga tahu sendiri !
LELAKI TUA
Saya tidak mau membaca kalau tidak penting
PEREMPUAN TUA
Bagaimana bisa tahu penting atau tidak kalau tidak dibaca
LELAKI TUA
Baca disitu, kan ada prihalnya. Nomornya nomor berapa dan darimana ?
PEREMPUAN TUA
Saya malas membaca surat – surat itu, isinya pasti sama, Prihal :
Sidang Istimewa, Rapat Istimewa, Sidang Khusus, Pembentukan Pansus dan
lain-lain.
(Seraya mengambil dos surat, ia menumpahkan surat itu)
LELAKI TUA:
Mungkin tentang penyambutan para investor dari Jepang, yang ingin
membangun pabrik coklat di sini.
PEREMPUAN TUA:
Ajudaaan………! Ajudaaaan….! Korek apinya ……Berikan saya korek api !
LELAKI SATU
(Masuk setengah berlari)
Saya sedang berusaha mencarinya.
PEREMPUAN TUA
Kerjamu lamban sekali, makanya jangan terlalu banyak makan jalan kote’
!
Ayo bawa kesini korek apinya, cepat ! saya sudah capek berteriak !
LELAKI TUA
(Pada penonton)
Saya bisa marah kalau begini.
Ajudan, stop. Sudah jangan cari lagi korek api itu.
PEREMPUAN TUA
Kalau kamu tidak mau, saya juga punya korek api
(Ia mengeluarkan dari kutangnya).
LELAKI TUA
Tobat, jangan dibakar surat-surat itu. Itu dokumen negara !
PEREMPUAN TUA
Siapa yang mau memba……..
LELAKI TUA
Itu, korek apinya untuk apa ?
PEREMPUAN TUA
Saya mau ke dapur ! (Eksit)
LELAKI TUA
Kalau kasar-kasar begitu, pasti ada maunya !
Kalau begini, sakit kepala saya selama sebulan akan terobati dalam lima
belas menit mendatang, kita tunggu saja reaksinya. Reaksi seperti ini, sudah
menjadi kebiasaan dalam rumah ini. Iya sudah lebih 30 tahun reaksi seperti tadi
telah melegenda dalam kehidupan kami.
Sebentar lagi ia akan menuangkan jamu dalam gelasku yang antik itu, Lalu
ia duduk di depanku, ia memandangi wajahku penuh fantasi, ia lalu mengedipkan
mata sekali saja. Lalu ia memegang jari-jariku yang kokoh ini, lalu ia menarik
aku masuk ke ruang tengah, lalu kami….kami ….kami makan bersama, aoo……!
(Keduanya
eksit, nampak mesra. Ajudan masuk menurunkan sepeda kumbang yang tergantung
itu, ia menggayuh sepeda itu perlahan-lahan).
SUARA LELAKI
TUA
Kembalikan pada tempatnya, ayo gantung sampai dipuncak !
SUARA PEREMPUAN
TUA
Kalau kau tidak kuat mengayun, tarik nafas panjang, ikat…jangan sampai
terlepas talinya.
SUARA LELAKI
TUA
Ayo tarik terus, sudah hampir sampai……sampai…………..
SUARA PEREMPUAN
TUA
Iya sedikit lagi……….sepedanya sudah mau sampai…………..sampai………..
(SUARA GENDERANG)
(Sepeda jatuh setengah
tergantung, Lelaki tua dan Perempuan Tua masuk nampak kekenyangan dengan serbet
di tangan).
LELAKI TUA
Enak juga hidanganmu malam ini.
PEREMPUAN TUA
Saya kan sering bilang, makan yang banyak. Hidangan
saya selalu spesial. Ikan tongkol bakar dan tumis peccel campur kelapa muda.
Masa’ kamu tidak ingat, itu kan masakan kesukaanmu yang hampir-hampir kamu lupa
karena terlalu sibuk urus rakyat dan kebun kelapamu yang ribuan hektar itu.
Jangan-jangan kamu sudah lupa nama saya.
LELAKI TUA
Soraya !
PEREMPUAN TUA
Lengkapnya ?
LELAKI TUA
Soraya Mahmudin Bin Syamsudin Bin Syarifuddin Bin
Alimuddin Bin Hasanuddin Bin Jenne Bambang Tidok Opo-opo.
Iya, itulah namamu yang selalu melelahkan aku, jika
engkau suruh aku menyebutnya selengkap mungkin. Saya tidak bisa lagi menghitung
dengan angka-angka, berapa kali aku menyebut nama lengkapmu sepajang kita
menjadi suami istri. Oh My Good…..!
PEREMPUAN TUA
Sudahlah, mari kita nonton televisi
(Membuka tirai di sisi lain panggung)
(Masuk Orang-orang bergerak dinamis, joget ala India, lalu
rego lalu membentur - benturkan tubuh mereka, berlari kencang ke arah penonton.
Musik berpadu dengan gerak itu. Setelah kelelahan mereka masuk ke balik tirai
).
___________________________________Sepi lagi (Lelaki tua,
masuk dan pusing)
LELAKI TUA :
Tak ada orang yang memahami kemauan saya. Saya sepi dan
senyap, saya menginginkan sesuatu yang lain, sesuatu yang spektakuler dari
orang-orang sebelumnya.
PEREMPUAN TUA:
Ajudan……….ajudan, segera kau ke sini, saya tidak
memahami maksud tuanmu. Ada sesuatu prinsipil, secret, dan rahasia. Mungkin ia
ingin bicara tentang rakyat.
LELAKI TUA :
Bikin bangkrut, bicara rakyat bikin bangkrut. Mereka
sudah semakin jauh dari saya karena penampilan saya yang semakin hari semakin
tak dimengerti.
AJUDAN:
(dari balik panggung). Perlu tuan lepas topeng-topeng
itu, rakyat butuh yang orisinil, realistis, beras, obat nyamuk, minyak tanah,
dan kue lapis.
LELAKI TUA:
Ajudan …………ajudan…..hati-hati bicara, bae-bae cede’,
Saya pangling, saya pusing. Ada sesuatu yang belum keluar dari pikiran saya,
sesuatu yang spektakuler.
PEREMPUAN TUA :
Ajudan……bagaimana ini ? tidak baik bicara dari situ.
Masuklah, anggap saja ini rumahmu sendiri. Demokrasi………..rumah ini harus
berfalsafah demokrasi. Hiduplah aku yang amat dekoratis dalam memahami
kata-kata orang.
LELAKI TUA:
Ajudan…………..saya butuh seseorang, coba kamu tebak,
orang seperti apa yang saya butuh ? ayo
tebak dalam hitungan ketiga.
AJUDAN :
Tidak perlu sampai tiga, sebelum tuan menghitung, saya
sudah bisa menebaknya.
LELAKI TUA :
Ayo tebak, orang seperti apa yang saya butuh saat-saat
seperti ini?
AJUDAN :
Tuan pasti butuh seorang paranormal.
LELAKI TUA:
Koq tahu ?
AJUDAN :
Ale……….Inilah saya bernama Ale, serba tahu maunya
Komiu.
LELAKI TUA :
Tapi kamu salah.
AJUDAN :
Tuan butuh seorang perempuan.
PEREMPUAN TUA:
Hussst diam, bibir nomor berapa itu ha…!, tuan tidak
butuh seorang perempuan, dia sudah capek, asam uratnya sering kambuh.
AJUDAN :
Tuan butuh seorang dokter
PEREMPUAN TUA:
Dokter apa? Itu tidak perlu. Ajudan kamu semakin lama,
semakin tidak mengerti kemauan Tuan.
AJUDAN;
Kalau begitu, saya coba tebakan terakhir : Tuan butuh
seorang ajudan seperti saya.
LELAKI TUA:
Iya…. Itu yang betul. Saya butuh seorang ajudan untuk
saya bunuh !
Saya butuh seorang ajudan yang bisa menebak apa yang
saya butuh, ayo tebak sekarang. (Mengambil pistol)
PEREMPUAN :
Ayo katakan apa yang tuan butuh, sebelum ia hilang
kesabaran. Tuan suka emosi, maklum dia sudah Professor.
LELAKI TUA:
(Menodongkan pistol di kepala ajudan).
PEREMPUAN TUA:
Inilah demokrasi, segala sesuatu yang bebas kita
lakukan. Ayo tembak, untuk menjunjung sebuah demokrasi !
LELAKI TUA:
Ayo tebak, siapa orang yang saya butuh, sebelum saya
tembak kepalamu.
AJUDAN:
Tuan butuh seorang perempuan cantik.
LELAKI TUA :
Auuuuuu………………….manusia memang anjing yang diberi akal,
kamu anjing, jangan bilang perempuan cantik, libido seksual saya tiba-tiba
memuncak.
PEREMPUAN TUA:
Jangan keras-keras, kalau engkau bermaksud menyakiti.
Hatiku bagai teriris sembilu, aku memang sudah peot, aku sudah tidak punya
pesona. Nafsumu yang membara itu akan membawamu ke puncak fatamorgana, sehingga
tak satupun cita-citamu yang terwujud. Sejak engkau jadi Gubernur di negeri
para pelupa, kamu justru tidak bisa mengendalikan emosimu. Kasihan.
SUASANA BERUBAH.
DI RUMAH GUBERNUR:
DI LUAR ORANG-ORANG SUDAH BERKUMPUL, PARA PENDEMO DAN
PEKERJA BERTERIAK-TERIAK.
DIREKTUR/DIREKTRIS:
Selamat pagi, tuan Gubernur………..!, selamat pagi Nyonya.
GUBERNUR :
Goblok, bodoh ! kenapa kamu biarkan mereka melakukan
demo pagi-pagi begini? Taiboro……..!
PEKERJA:
Bagaimana tuan?
GUBERNUR:
Bagi dua, bagaimana apa ?
PEKERJA :
Bagaimana dengan mega proyek itu, apa kami harus
menunggu lagi ?
GUBERNUR:
Itu harus dipikirkan matang-matang, tidak bisa sembrono
begitu.
PEKERJA:
Tapi ini sudah saatnya.
GUBERNUR:
Dalam keadaan seperti ini, saya hanya butuh seorang
arsitek, arsitek dari China.
PEKERJA:
Kenapa mesti dari Cina. Kita juga punya arsitek di sini
yang lebih memahami kemauan tuan.
GUBERNUR:
Tak satupun arsitek yang bisa memahami kemauan saya,
termasuk nyonya sendiri juga masih bertanya-tanya.
ISTRI GUBERNUR:
Bilang saja pada mereka, kamu mau jadi Presiden, atau
minimal jadi gubernur lagi.
GUBERNUR:
Jauhkan anggapan itu. Saya hanya ingin menciptakan
sebuah sejarah. Apa guna kita hidup tanpa sebuah sejarah, mungkin saya tidak
lama lagi memimpin negeri para pelupa ini, saya takut mereka justru melupakan
saya.
DIREKTUR :
Kelihatannya tuan takut sekali, jangan khawatir, semua
masalah yang tuan pikirkan telah saya analisa berdasarkan prosedur yang
berlaku. Semua pasti steril, yang pokok, bapak tinggal teken kemudian orang-orang
akan mewujudkan mega proyek itu. Ini proyek kemanusiaan tuanku. Mereka pasti
menghaturkan beribu-ribu terima kasih atas gagasan cemerlang tuan.
GUBERNUR:
Mereka itu masyarakat pelupa, banyak jasa-jasa para
pemimpin terdahulu yang lebih megah dari proyek yang saya rencanakan ini, tapi
mereka toh dilupakan begitu saja. Ah…..ini anggapan sementara saja, tapi juga
bisa berlaku seterusnya sebab kenyataan yang lalu begitu juga.
(PONSELNYA BERDERING)
GUBERNUR:
Wah ini nomor gelap. Ini pasti ancaman, fitnah atau
semacamnya. Jangankan seorang gubernur, presiden saja digosipkan yang
macam-macam.
ADA KERUSUHAN DI LUAR, DUA ORANG PEKERJA TADI MASUK MENANGIS
GUBERNUR:
Hei, tai bebe………….tai boro. Kenapa kalian menangis?
PEKERJA:
Listrik dan telepon kami disegel.
GUBERNUR:
Saya tidak kenal kalian.
PEKERJA:
Tapi kami kenal tuan.
GUBERNUR:
Apa yang kalian kenal dari saya?
PEKERJA:
Yang kami kenal, setiap kami minta tolong selalu tuan
menolak, kecuali jika tuan digedor-gedor.
GUBERNUR:
Menjadi seorang gubernur tidak mudah kan? Perlu
pengorbanan yang tidak sedikit, makanya jika kalian mau mengenal saya, kalian
harus melewati prosedur yang melelahkan. Itulah saya, kadangkala harus bersikap
angkuh dan curiga terhadap setiap persoalan yang sampai ke meja saya.
BURUH:
Sepertinya anda bebal juga, anda tidak takut pada kami?
GUBERNUR:
Saya takut kalau ada kepentingan. Dan kepentingan saya
tidak ada pada kalian.
BURUH:
Kami yang akan bekerja untuk menyelesaikan mega proyek
tuan. Kalau kami tidak ada proyek tersebut tidak akan selesai tepat pada
waktunya.
GUBERNUR:
Saya butuh seorang arsitek, bukan buruh.
BURUH:
Kami juga bisa bantu tuan Gubernur.
GUBERNUR:
Okey, kalau begitu bantu aku cari arsitek yang bisa
menerjemahkan dan menginterpretasi konsep mega proyek itu.
(BURUH EKSIT, PENGAMEN MASUK SERAYA MENYAYIKAN LAGU, ARSITEK
MASUK)
ISTRI GUBERNUR
Siapa yang suruh anda kesini, ada ini bagian dari
pengamen itu, atau dari persekutuan lain? Anda pesulap, atau tukang air suntik,
koq penampilan anda nyentrik sekali, anda seniman ya, ah jangan-jangan anda
sutradara, atau mungkin bintang iklan. Jawablah, saya istri gubernur.
ARSITEK:
Awequi etecekele bekere ote ote jereme tui itu yahannu
preketek, mampus ! apa anda paham bahasa saya ?
ISTRI GUBERNUR:
Saya tidak mengerti maksud anda? Bahasa apa itu?
ARSITEK:
Itu bahasa orang yang tidak mengerti bahasa. Sam saja,
pertanyaan Nyonya membuat saya pusing 12
keliling, pertanyaan nyonya berentetan seperti kencing kuda. Seorang arsitek
seperti saya saja tidak mengerti, apalagi hanya lulusan diploma.
ISTRI GUBERNUR:
Sama, saya juga tidak memahami maksud anda, bahasa anda
tidak lumrah, itu termasuk rumpun bahasa apa ?
ARSITEK:
Itu rumpun bahasa burung.
ISTRI GUBERNUR:
Burung apa?
ARSITEK:
Burung Salani Nelei Ilei Nilasa.
ISTRI GUBERNUR:
Burung apa itu, Namanya baru saya dengar. Istri
gubernur saja tidak mengerti, apalagi hanya seorang istri RT? Wah…..saya baru
dengar burung aneh seperti itu.
ARSITEK: (Kepada
Penonton).
Kali ini saya harus mengatakan pissi, kepada Istri
gubernur, ternyata dia sudah mulai termakan hipnotis saya. Apa penonton tau
jenis burung yang saya maksud tadi? Kalau anda tidak tahu, maka saya juga harus
mengatakan pissi kepada anda. Jangan marah ya? Istri gubernur saja tidak marah
saya bilang begitu, masa anda mau marah. Inikan hanya ungkapan eskpresi saja.
Jangan ditanggapi serius ya. Okey doakan saya ya…mudah mudah saya bisa
menaklukkan benteng Takeshi………..ha ha ha ha.
AJUDAN:
Hei….tai kuda. Jangan sembarang bicara dengan nyonya.
ARSITEK:
Hai….kamu jangan galak seperti kuda, tai!
AJUDAN:
Saya ajudan Tuan Gubenur, juga Nyonya gubernur, anda
diminta meninggalkan tempat ini, sebelum saya maraju. Titik !
ARSITEK:
Nah, ini persoalan besar. Seorang Arsitek, konsultan,
yang selama ini berjasa membangun seperdelapan dari setengah gedung-gedung
mewah di kota ini, diusir oleh seorang ajudan………hebat…hebat…..saya tidak
terima. Saya harus meminta tuan Gubernur untuk memecat kamu secara tidak
terhormat.
AJUDAN:
Arsitek kan ?
ARSITEK:
Ya……
AJUDAN:
Anda bisa menjelaskan bagaimana orang dipecat secara
tidak terhormat itu?
ARSITEK:
Diberhentikan dari pekerjaannya sebagai ajudan ditambah
1 kali palungku.
AJUDAN:
Baik, jangan pandang remeh dengan ajudan seperti saya
ini. Memecat seorang ajudan lebih berat dari pada memecat seorang Menkopolkam,
kenapa ?
Karena ajudan itu adalah pengawal pribadi, yang teramat
pribadi. Dia tahu kemana dan dimana tuannya pergi, siapa yang dia temui, untuk
apa dia ketemu dengan perempuan itu, atau apa yang dilakukan oleh tuannya di kafe,
di luar negeri bahkan di lubang kodok sekalipun dia tahu. Tentu saja Tuan
Gubernur tidak mudah memecatnya.
ARSITEK: (KEPADAPENONTON)
Wah…bisa mampus saya, kalau dia beberkan kepada anda,
tentu di sini ada wartawankan, adakan, ada mahasiswa kan, ada anda kan? Mati
saya kalau dia membeberkan kepada anda, bahwa saya pernah memanipulasi tender
proyek sebesar 35 miliar rupih. Matilah saya, kalau ajudan itu membebeberkan
kepada anda bahwa saya pernah menyelundupkan kayu ebony 250 kubik tahun lalu,
matilah saya kalau dia membeberkan bahwa saya pernah menyogok jaksa untuk
membebaskan kasus korupsi 2,7 trilyun rupiah. Mudah mudahan saja dia diberi
kekuatan untuk tidak mengatakan kepada publik terhadap kasus yang saya alami
selama menjadi seorang arsitek.
Jangan marah kalau di sini ada yang arsitek, atau calon
arsitek. Saya ini hanya tokoh yang kebetulan diberi peran oleh sutradara yang
sekarang berperan sebagai Gubernur.
PENGAMEN MASUK LAGI, HANYA LEWAT
PEKERJA JUGA MASUK HANYA SINGGAH SEBENTAR
DEMONSTRAN MEMBAWA SPANDUK, _________________LALU EKSIT
SUASANA BERUBAH BERUBAH LAGI.
ISTRI GUBERNUR:
Akhir-akhir ini Tuan sering mengigau dalam tidur, mau
punya inilah, itulah, mau bikin inilah, itulah. Malah pernah dalam tidurnya, ia
tiba-tiba bangkit dan berkata: Saya mau hidup seribu tahun lagi” saya pikir ia baca puisi, sajak Chairil
Anwar. Lalu ia rebahkan tubuhnya dan mendengkur lagi, lalu ia mengigau lagi.
Saya mau bikin kota di bulan. Mendengar igaunya itu, saya tiba-tiba teringat
pada sebuah cerita, begini:
Ada tiga orang diplomat yang bertemu di Swiss untuk
membahas rencana negara mereka masing-masing pada tahun 3009 nanti.
PENGAMEN (NYELETUK)
Kalau belum kiamat,
ISTRI GUBERNUR:
Ya, kalau belum kiamat. Ajudan……………..tolong suruh
kemari tiga orang penonton.
(AJUDAN MEMBAWA TIGA ORANG PENONTON)
ISTRI GUBERNUR:
Inilah tiga diplomat itu.
Pertama Diplomat dari Amerika Serikat: Dia mengatakan,
“Pada tahun 3009, kami negara sebagai negara adidaya, akan membangun kota di
Bulan.
Mendengar itu, seluruh wartawan dan undangan protes, ah
mana mungkin, di bulan itukan hampa udara, bisa-bisa seluruh penduduk di
Amerika memakai baju astronot, ah itu hanya tai minyya’ saja, tidak mungkin.
Lalu diplomat itu berkata “Yach. Kalau kami memang tidak bisa membangun kota
di Bulan yah disekitar-sekitanya sajalah. Para hadirinpun bertepuk tangan.
Giliran kedua diplomat dari Jepang; Ia mengatakan,
“Sebagai negara matahari, Pada tahun 3009, kami akan membangun kota di
matahari.
Mendengar itu, hadirin protes, ah mana mungkin,
bisa-bisa semua orang Jepang mati terbakar.
Lalu diplomat itu berkata; Yach kalau tidak bisa di
matahari, cukup disekitar-sekitarnya saja. Hadirinpun bertepuk tangan.
Giliran ketiga adalah Diplomat dari Indonesia; Ia
berpidato dan mengatakan “Sebagai negara yang sukses dalam program keluarga
berencana, Pada tahun 3009, kami sudah memiliki program yang berhubungan dengan
kelahiran bayi yaitu; Pada tahun 3009, seluruh perempuan Indonesia akan
melahirkan bayi lewat duburnya.
Mendengar itu, seluruh hadirin berteriak huuuuu dan
protes. “Mana mungkin, itulakn menyalahi kondrat, sejak dulu orang melahirkan
itu lewat vagina, atau operasi caesar. Mana mungkin?
Lalu ia berkata, yach kalau tidak bisa,
disekitar-sekitarnya sajalah. Hadirinpun serenpak tertawa. Ayo tertawa…tertawa….yach
begitu, walau ceritaku tidak begitu lucu, tapi karena aku istri Gubernur, anda
harus ketawa dong, biar mudah segala urusan.
TAMU ISTRI GUBERNUR:
(Berpenampilan India, Langsung masuk dan tertawa juga).
Sebenarnya, sejak tadi saya mendengar cerita nyonya,
tapi saya tidak mau masuk begitu saja, saya takut kalau cerita nyonya sampai
terpotong. Hi hi…memang lucu cerita nyonya itu, saya sampai tidak ngos-ngosan
begini. Asma saya hampir kambuh, tapi karena saya mendengar bahasa nyonya yang
diplomatis itu, saya tiba-tiba teringat kepada Benazir Butho, Ce ce ce
ce………..(Kepada penonton) Hemm….itu kau dapat baru dia rasa saya punya patende.
ISTRI GUBERNUR:
Rupanya Nyonya Hende Heste Melete He Ketumbar Jahe yang
datang, Apa kabar he….bagaimana he……apakah anda perlu proyek he……..
PENGAMEN:
(Di pinggir panggung menyanyikan lagu India, Istri Gubernur
dan Tamunya berjoget India, lalu diam).
ISTRI GUBERNUR:
Luar biasa semaju apapun kita, layar televisi tetap
didominasi film India, lagu-lagu India adalah warisan leluhur kita yang tidak
pernah hilang. Lagu-lagu Indonesia tenggelam dari lagu-lagu India, itulah he
nasib kita he………..
TAMU ISTRI GUBERNUR:
Saya mendengar Nyonya sedang merencanakan sesuatu
dengan Tuan, kalau boleh tau, apa rencana besar nyonya dengan tuan gubernur?
ISTRI GUBERNUR:
Boleh juga, nyonya adalah tamu istimewa saya, di
banding orang-orang di sini nyonya lebih sering menghibur saya dari pada
mereka.
TAMU ISTRI GUBERNUR:
Iya, saya memang suka menghibur Nyonya, tapi dibanding
orang-orang di sini, sayalah tamu Nyonya yang tidak pernah diberi jatah proyek
secuilpun. Padahal saya bisa saja mendatangkan arsitek dari India yang pernah
merancang Tajmahal. Tapi sudah 3 tahun
saya bertamu, tak satupun proyek yang bisa anda berikan. Yach tidak usah bunyi
M, yang ratusan juta juga sudah boleh. Apa tidak bisa diusahakan nyonya?
ISTRI GUBERNUR:
Saya sulit mengaturnya, keluarga tuan yang datang ke
sini semua diberi, malah kami juga hidup biasa-biasa saja. Hidup sederhana.
Tuan gubernur hanya punya sepeda, rumah reot warisan orang tua kami. Kami tiadk
punya deposito, di antara seluruh gubernur di dunia, Tuan adalah gubernur
negeri para pelupa yang paliiiiiiig kere. Kami tidak punya mobil Pajero,
LandCruiser, Nissan Terrano, kami tidak punya lapangan golf, kami tidak punya
harta sedikitpun. Itu karena tuan tidak mau korupsi, tuan hanya punya sepeda
buntut yang paling antik di seluruh dunia.
TAMU ISTRI GUBERNUR:
Aah……nyonya selalu merendah, nyonya hanya basa-basi
saja. Itu tidak masuk akal, Bupati saja, rumahnya gede, kebun dan empangnya
luas, punya tabungan deposito miliaran rupiah, ruko dan swalayannya ada di
mana-mana, Itu baru Bupati, bagaimana dengan Gubernur?
ISTRI GUBERNUR:
Itulah kenyataannya. Makanya Harian Times dan BBC
London bahkan seluruh surat kabar di negeri para pelupa ini pernah memberitakan
bahwa tuan adalah Gubernur paling Nyentrik diantara seluruh gubernur di dunia.
Jadi kalau nyonya ingin minta proyek jangan ke sini. Minta saja pada Bupati,
mereka lebih banyak proyek dari pada kami.
TAMU ISTRI GUBERNUR:
Ah…..Nyonya semakin membuat saya betah di sini,
retorika nyonya mengingatkan saya pada cerita boneka berbie yang baik hati
dengan seorang pangeran yang terbuat dari kayu. Nyonya memang sulit
ditaklukkan, nyonya memang punya kharisma begitupun tuan yang punya watak keras
seperti kayu eboni.
Saya mengalami kesulitan untuk curiga dengan kehidupan
Nyonya yang amat sederhana ini. Saya yakin Nyonya pasti masuk surga tanpa
siksaan kubur yang lama.
ISTRI GUBERNUR:
Terima kasih atas pujian Nyonya Hende Heste……..eeee………
TAMU ISTRI GUBERNUR:
Melete He Ketumbar Jahe Patendehe…..Trima kasih Nyonya,
kapan-kapan saya pasti kembali lagi untuk membicarakan hal-hal penting.
ISTRI GUBERNUR:
Yang jelas, saya butuh hiburan anda, dan anda adalah
penghibur yang profesional.
TAMU ISTRI GUBERNUR:
Yach……saya penghibur profesional dari negeri Hindustan
yang butuh injeksi.
Permisi. Tabe……..!
SUASANA BERUBAH SEPERTI ALAM MIMPI: ADA JALA, CAHAYA KILAT,
SUARA PETIR DAN DAUN-DAUN KERING BETERBANGAN MEMENUHI PANGGUNG. ISTRI GUBERNUR MASIH ADA DI SITU.
MASUK GUBERNUR, TAMU ISTRI GUBERNUR, ARSITEK, AJUDAN, BURUH,
DEMONSTRAN, DIREKTUR/DIKREKTRIS(PADA SATU SISI), JUGA PENGAMEN PADA SISI LAIN.
GUBERNUR:
Di suasana yang berbeda ini, saya sebagai Gubernur di
Negeri Para Pelupa menyampaikan terima kasih, atas kunjungan kalian untuk
kesekian kalinya. Saya berharap kita bisa bicara serius tentang rencana mega
proyek yang akan saya luncurkan dalam waktu dekat. Pertemuan kita mulai
sekarang. Saya persilahkan kepada saudara Arsitek selaku perancang yang selama
ini telah mengabdikan hidupnya untuk membangun sebagian besar gedung-gedung
klasifikasi A di negeri para pelupa ini.
Saya persilahkan anda untuk mempresentasekan rancangannya.
ARSITEK:
Terima kasih tuan gubernur, saya hanya bisa mengatakan
bahwa mega proyek yang akan kita bangun ini memiliki falsafah arsitektur dari
17 negara maju di dunia, yang tidak perlu saya sebutkan satu persatu. Tetapi
sebagai prolog, saya harus menyampaikan bahwa rancangan ini saya buat setelah
saya melakukan puasa selama 7 hari berturut-turut. Inilah gambarnya………(IA MENGELUARKAN RANCANGANNYA, SEHELAI KAIN JATUH DARI
ATAS BERGAMBAR GEDUNG BERBENTUK HATI).
YANG LAIN TEPUK TANGAN.
ARSITEK :
Jangan dulu tepuk tangan. Jangan terlalu mudah bertepuk
tangan sementara kamu sendiri tidak tahu makna tepuk tangan. Saudara-saudara
perlu tahu, bahwa mega proyek ini adalah untuk kita semua. Seluruh gedung
pemerintah, swasta, rumah mewah dan rumah kumuh, sekolah dan kampus, kecuali
rumah ibadah, akan dirancang seperti ini dengan besar anggaran setengah dari utang luar negeri, juga subsidi
dari pendapatan dalam negeri para pelupa selama 15 tahun, ditambah potongan
uang tunjangan para Bupati selama 5 tahun, biaya oprasional keamanan selama 10
tahun, juga setengah dari biaya perjalanan gubernur selama 10 tahun, dan hasil
penjualan 200 ribu unit mobil mewah milik pejabat, termasuk hasil penjualan
sepeda antik tuan gubernur. Untuk sementara itu yang bisa saya paparkan, dan
mega proyek ini akan rampung selama 7 tahun terhitung dari sekarang.
ISTRI GUBERNUR:
Saya juga ingin menyumbangkan selendang warisan leluhur
saya untuk menambah anggaran.
TAMU ISTRI GUBERNUR:
Saya bisa menyanyi dan menari selama 24 jam tanpa
berhenti jika ada yang mau membayar saya untuk sekedar menambah biaya proyek
ini.
GUBERNUR:
Sumbangan yang anda berikan tidak dapat dinilai dengan
uang, tapi saya akan menilainya dengan penghargaan berupa sertifikat bebas
pajak seumur hidup.
Tapi, sebagai Gubernur Negeri Para Pelupa, satu harapan
saya, jangan kita melupakan seluruh janji kita untuk mendukung mega proyek ini.
Juga saya harapkan agar anda tidak memujinya saja, tapi saya juga butuh para
oposan yang tidak setuju dengan mega proyek ini.
DEMONSTRAN:
Tuan Gubernur, sebagai oposan kami para demonstran mencoba
untuk mencari celah kesalahan dalam mega proyek yang anda canangkan, tapi untuk
sementara para LSM belum bisa bicara macam-macam karena tuan gubernur sudah
mengerti kemauan kami, yaitu sedikit pelumas untuk melicinkan harapan-harapan.
Itu saja, paraktis saja. Kami mau protes kalau anda tidak memberikan jaminan
sosial kepada kami yakni jaminan pekerjaan dan penghidupan yang makmur. Jadi
kami tidak bisa lagi menunggu lama, kalau tuan Gubernur setuju, kami akan
mundur teratur, tapi kalau anda ragu-ragu sebaiknya anda yang mundur, beri kami
kesempatan jadi gubernur.
GUBERNUR:
Hidup ini perlu keseimbangan, ada hitam dan ada putih,
ada setuju, ada yang menentang, itu biasa, yang luar biasa kalau semua orang
sudah setuju berarti ada apa-apanya, kalau bukan kolusi berarti dagang sapi.
DEMONSTRAN:
Demonstarasi itukan penyedap rasa, ya semacam sambel
begitu. Semua juga seperti gertak sambel, demonstrasi selama inikan hanya
gertak sambel saja. Pada akhirnya kita harus masuk ke dalam sistem untuk
kemudian sama-sama membuat kekeliruan. Itulah kita bangsa pelupa.
GUBERNUR:
Itulah prinsip saya, saya akan mewujudkan mega proyek
ini agar saya tidak dilupakan oleh orang lain.
BURUH:
Tapi orang-orang itu bilang, mereka belum memerlukan
mega proyek itu. Mereka butuh air bersih, listrik, jaringan telepon, sarana
pendidikan, jalan raya, rumah sakit, dan tempat tinggal yang layak. Sama
seperti kami, buruh hanya butuh ruang-ruang untuk mencari dan rumah tinggal
yang terang seperti siang agar anak-anak kami bisa belajar di tengah malam.
ARSITEK:
Itu tidak benar, mega proyek ini tidak bisa batal, kita
sudah publikasi lewat media massa, semua orang tahu, begitupun negara tetangga.
Mega proyek ini harus jadi meskipun mesti mengorbankan mertua sendiri kalau dia
tidak mau memberikan tanahnya.
BURUH:
Jangan seenak perut bicara begitu. Bagaimana jika
gedung-gedung megah itu sudah berdiri tapi tak ada air bersih dan listrik tidak
mencukupi, apakah gedung-gedung itu tidak seperti arca kuno yang berhantu?
Gedung-gedung mewah itu akan menjadi tempat buang hajat.
GUBERNUR:
Arsitek, tolong anda pertimbangkan perkataan buruh itu,
kalau banyak yang menolak, mega proyek itu harus kita batalkan.
ARSITEK:
Tidak bisa tuan, proyek ini sudah mulai berjalan pada
termin satu, orang-orang sudah bekerja, mana mungkin di batalkan, nonsen. Saya
juga sudah mengeluarkan seluruh kemampuan saya untuk merancang mega proyek ini,
kalau ini dibatalkan, saya minta ganti rugi materil dan non materil sebesar 50%
dari anggaran yang akan digunakan.
GUBERNUR:
Kamu belum apa-apa sudah minta ganti rugi, memangnya
itu dana nenek moyangmu?
DIREKTUR:
Apakah saya perlu bicara?
GUBERNUR:
Tidak perlu kita harus bekerja sekarang!
DIREKTUR:
Ya, setidak-tidaknya ada sedikit retorika untuk
mendukung rencana tuan.
GUBERNUR:
Saya tidak perlu dukungan, kalau tidak ada yang mau
saya yang akan kerjakan sendiri, biar saja. Kalau semua orang marah, saya juga
bisa marah, marah-marah adalah syarat untuk jadi seorang gubernur.
_______________________________________SUASANA BERUBAH LAGI
PENGAMEN:
Inilah lagu baru Tuan Gubernur kita yang paling
nyentrik di dunia, lagu ini diilhami oleh mega proyek yang sebentar lagi akan
dia wujudkan. Kota ini akan menjadi negeri yang paling unik sepanjang sejarah
arsitektur dunia. Semua akan berubah seketika. Amiiin.
ARSITEK:
Lihat dan jangan lupakan lagi, semua gedung-gedung akan
dirubah menjadi gedung berbentuk hati manusia. Ayo terus mainkan musik itu,
untuk memancing semangat tuan Gubernur kita, Gubernur Negeri Para Pelupa yang
paling nyentrik.
ISTRI GUBERNUR:
Casanova, tuan gubernur pangeranku yang tampan, lihat
bokongku yang indah ini aku ingin menyanyikan lagu untuk bulan merah jambu……….!
GUBERNUR:
Ajudan turunkan sepeda saya !
AJUDAN MENURUNKAN SEPEDA KUMBANG GUBERNUR YANG
TERGANTUNG DI SUDUT RUANG
GUBERNUR: (MENAIKI SEPEDA, YANG LAIN MENDORONGNYA)
Ayo, bantu saya cepat kita harus
sampai pada tepi, mega proyek itu harus kita capai, ayo terus kita mengayuh……….
AJUDAN:
Cepat tuan, sudah terlihat cahaya,
gayuh terus sebentar lagi kita akan sampai.
ARSITEK:
Apakah tuan Gubernur masih
mengingat semua ?
GUBERNUR:
Mengingat apa maksudmu?
ARSITEK:
Perjanjian perjanjian yang kita
teken di meja kerja tuan, perjanjian setelah mega proyek ini sukses, tuan
gubernur akan memberikan saya setengah dari kekayaan tuan.
GUBERNUR:
Kamu bisa lihat sendiri kan, aku
hanya punya sepeda kumbang ini.
Ambil saja kalau kamu mau, ayo
gantikan aku mengayuhnya, tapi saya yakin kamu pasti tidak bisa seperti saya,
kamu tidak akan tahan seperti saya.
DIREKTUR:
Kenapa tuan sudah lupa semuanya,
tuan orang kaya, tapi tuan pura-pura miskin. Tuan punya tambang emas, tuan
punya kebun kelapa ribuan hektar, tuan punya hotel berbintang, tuan punya
deposito di Swiss, tuan punya 9 mobil mewah yang tuan pendam dalam hati tuan.
Apa tuan tidak menderita dengan mengayuh sepeda tua itu? Tuan adalah gubernur
negeri para pelupa. Tuan tidak perlu takut untuk memakai fasilitas negara demi
kepentingan pribadi tuan, mereka pasti tidak dapat mengingatnya, mereka tidak
bisa menyalahkan tuan.
GUBERNUR:
Enak saja kamu bicara, kamu menggertak iman saya. Saya
tetap enjoy dengan sepada tua ini, Kamu lupa ya? Kenapa saya bisa menjadi
gubernur para pelupa selama 40 tahun ? Kamu lupa ya? Kenapa para buruh,
wartawan, arsitek, tetangga, tentara, dan termasuk seorang direktur seperti
kamu tidak pernah punya keinginan untuk memberhentikan saya di tengah jalan?
Kamu lupa ya……..lupa kan? Kalau kamu lupa, pasti kamu bisa ingat kalau kamu
melihat kondisi saya saat ini. Satu hal yang membuat saya lama menjadi gubernur
negeri para pelupa ini, karena saya tahan menderita, saya tidak pamer, saya
miskin, saya tidak punya apa-apa selain rencana mega proyek yang bisa
menghipnotis seluruh dunia. Saya pun tidak punya tabungan di Swiss, karena saya
sudah lupa, kapan saya mulai jadi orang kaya. Itu saja resepnya.
PENGAMEN:
Para penonton bisa mendengar, betapa tuan Gubernur
dengan segala ketabahannya menyulap
dirinya menjadi gubernur paling miskin selama 40 tahun ia berkuasa. Ia
merasakan hidupnya seperti orang-orang biasa yang terlunta-lunta, kering
seperti savana. Para penonton, kami akan menyanyikan lagu balada untuk
mengiringi perjalanan tuan dalam tampuk kekauasaan berikutnya. Sebab ia sudah
berjanji untuk tidak korupsi, menempatkan hukum pada koridornya, ia juga sudah
berjanji hidup sederhana, ia juga sudah berjanji dihadapan rakyat negeri para
pelupa untuk peduli rakyat kecil. Yach lima tahun lagi negeri para pelupa ini
akan menjadi negeri yang paling makmur, karena tuan gubernur juga sudah
berjanji akan menjual rumahnya untuk disumbangkan ke panti-panti sosial. Untuk
sementara Tuan Gubernur dan Nyonya akan tinggal di rumah kontrakannya yang
baru. (LALU BERNYANYI LAGU BALADA).
GUBERNUR:
Terus, saya masih mengayuh sepeda ini, untuk menuju ke
rumah kontrakan saya yang baru.
ISTRI GUBERNUR:
Saya hanya membawa dua helai kain di badan saya.
ARSITEK:
Ini sesuatu yang luar biasa dalam sejarah leadership di
dunia. Seorang gubernur negeri para pelupa akan tinggal di rumah kontrakan.
Tuan gubernur, sebagaimana janji saya kepada tuan lima
tahun yang lalu, jika tuan bisa sedikit menderita agar di rumah kontrakan tuan
tidak dipasang jaringan telepon, listrik, dan air pam. Yakinlah tuan gubernur,
kami akan melayani tuan, tuan tidak perlu keluar rumah, kunjungan kerja, dan lain
lain, nikmati saja kemiskinan tuan tanpa fasilitas negara. Dengan demikian kami
akan mendaulat tuan sebagai pemimpin yang paling bersih dan seluruh rakyat
negeri para pelupa ini akan memilih tuan menjadi gubernur seumur hidup.
GUBERNUR:
Lalu bagaimana mega proyek itu, apa jadi diwujudkan?
ARSITEK:
Semua sudah berjalan sesuai rencana awal.
GUBERNUR:
Saya sudah siap sekarang.
ARSITEKTUR:
Baik tuan gubernur. Para penembak jitu saya persilahkan
memasuki ruangan.
MATA GUBERNUR DAN NYONYA DITUTUP KAIN HITAM
3 ORANG PENEMBAK JITU MENODONGKAN SENJATA TEPAT DI TENGAH
JATUNG KEDUANYA. SUASANA BERUBAH MENCEKAM, GENDERANG DI TABUH. LALU DUA
TEMBAKAN TEPAT DI TENGAH JATUNG MENEMBUS DADA KEDUANYA YANG DIPASANGI KAIN
PUTIH BERGAMBAR HATI. KEDUANYA TERKAPAR MATI.
____________________________________SUASANA BERUBAH LAGI
GUBERNUR MASUK DENGAN PIPA ROKOK DI MULUTNYA.
TIGA ORANG PENEMBAK JITU TADI DATANG MELAPOR
PENEMBAK JITU:
Tuan Gubernur, eksekusi telah dilaksanakan, rakyat
sudah di perintahkan untuk berdoa agar tuan gubernur nyentrik segera diproses
di sana. Apakah dia cepat masuk sorga, atau menunggu tuan di dalam kuburnya.
Kami menunggu keputusan Tuhan.
TAMAT
Palu, 11 Juli - 7
Agustus 2007
Agustan T.Syam
Cacatan kaki :
* Taiboro (istilah makian dalam bahasa Kaili, yang berarti
bangsat)
* Komiu (istilah sapaan dalam bahasa Kaili, yang berarti
kamu)
(*Agustan T.Syam
Lahir di Maroanging, Bone- Sulawesi Selatan, 11 mei 1974
(Dosen Bahasa dan Sastra FKIP Universitas Tadulako Palu,
saat ini sedang melanjutkan studi S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra di
Universitas Negeri Surabaya.
Selain menulis naskah drama, puisi, cerpen, dan novel, juga
telah menjuarai lomba baca puisi Peksiminas III di Bali 1993 (juara II),
Peksiminas IV di Jakarta 1995 (Juara II). Sebagai duta budaya pada Tmu
Budayawan Serantau di Sabah Malaysia tahun 2000 menghadiri Langkawi
International Festival Arts (LIFA) di Langkawi-Malaysia (2000)
Karya novel : (Lembayung di Atap Rumah, Horizon di Losari)
Karya drama : Konferensi Tolare I – IV, Tepuk Tangan 7 hari
7 Malam, Etalase Darah dan Revolusi Kentut, Laskar PlikPlak, Saverigadi
Membumi, Gubernur Nyentrik, Berkas-berkas Usang, Adaptasi Prahara
(W.Shakespeare) ke dalam tradisi Kaili, dll
(Adalah pendiri Teater PlakPlik Indonesia Sulawesi Tengah,
dan salah seorang penggagas Temu Teater Kawasan Timur Indonesia)