HUBUNGAN
ANTARA ASPE-ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA
KETERAMPILAN
BERBAHASA INDONESIA DAN HUBUNGAN EMPAT ASPEK DI DALAMNYA
A.
KETERAMPILAN
BERBAHASA
Keterampilan berbahasa indonesia
mencakup : keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan menulis, dan keterampilan membaca.
Keterampilan berbahasa sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat
komunikasi. Komunikasi dapat berupa komunikasi
satu arah, komunikasi dua arah, dan multi
arah.
-
Komunikasi satu arah terjadi ketika seseorang mengirim
pesan kepada orang lain, sedangkan penerima pesan tidak menanggapi pesan
tersebut, seperti khotbah, dan berita TV dan radio.
-
Komunikasi dua arah terjadi ketika seseorang
mengirim pesan (mengeluarkan ide, gagasan, pendapat) dan penerima pesan (pendengar)
menanggapi isi pesan.
-
Komunikasi multi arah ketika pemberi pesan dan
penerima pesan yang jumlahnya lebih dari dua orang yang menanggapi. (Abd.
Gafur, 1:2009)
Dalam kegiatan komunikasi,
pengirim pesan aktif mengirim pesan yang diformulasikan dalam lambang-lambang
berupa bunyi atau tulisan, proses ini disebut dengan encoding. Selanjutnya si
penerima pesan aktif menerjemahkan lambang-lambang tersebut menjadi menjadi
bermakna sehingga pesan tersebut dapat diterima secara utuh, proses ini disebut
decoding.
B.
ASPEK-ASPEK
KETERAMPILAN BERBAHASA
Sehubungan dengan penggunaan
bahasa, terdapat empat keterampilan dasar yaitu : menyimak, berbicara, menulis,
dan membaca. Keempat keterampilan tersebut saling terkait antara yang satu
dengan yang lainnya.
1.
Menyimak adalah suatu proses suatu proses
kegiatan mendengarkan lambing lisan-lisan dengan penuh perhatian, pemahaman,
apresiasi serta interprestasi untuk memperoleh informasih, menangkap isi, serta
memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau
bahasa lisan.
2.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan , ide dan perasaan.
3.
Membaca yaitu suatu proses penyerapang
informasih dari sebuah karya tulis untuk mengetahui informasih yang ingin
disampaikan penulis.
4.
Menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut
(Bryne, 1993)
Lebih lanjut Bryne menyatakan
bahwa mengarang pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol sehingga
berbentuk kata, dan kata-kata tersusun menjadi kalimat menurut peraturan
tertentu, akan tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa
tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas
sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca.
a.
Hubungan menyimak dan berbicara
Menyimak dan berbicara merupakan
kegiatan komunikasi dua arah yang langsung. Menyimak bersifat reseftif,
sedangkan berbicara bersifat produktif. Misalnya komunikasi yang terjadi antar
teman, antar penjual dan pembeli, atau dalam sebuah forum diskusi. Dalam hal
ini A berbicara dan B mendengarkan.
Setelah itu giliran B yang berbicara dan A yang mendengarkan. Namun adapula
dalam suatu konteks bahwa komunikasi itu terjadi dalam situasi noninteraktif,
yaitu suatu pihak saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan.
Misalnya khotbah di masjid, dimana penceramah menyampaikan ceramahnya,
sedangkan yang lain hanya mendengarkan. Keterampilan menyimak merupakan
kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari pross
pemerolehan bahasa. Secara berturut- turut pemerolehan keterampilan berbahasa
itu pada umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Kegiatan menyimak di awali dengan mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa
yang disimak. Untu memahami isi bahan simakan diperlukan suatu proses berikut :
mendengarkan, mengidentifikasi, menginterprestasi atau menafsirkan, memahami,
menilai, dan yang terakhir menanggapi apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak
memiliki tujuan yang berbeda-beda yaitu untuk : mendafatkan fakta, mengevaluasi
fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri, dan meningkatkan kemampuan
berbicara.
Kegiatan menyimak didahului oleh
kegiatan berbicara. Kegiaatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan
berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi,
telponan, tanya jawab dll. Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada
orang yang menyimak, tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang
berbicara.
b.
Hubungan menyimak dan membaca
Menyimak dan membaca sama-sama
merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat resesif. Menyimak berkaitan
dengan penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan aktifitas
berbahasa ragam tulis. Penyimak maupun pembaca melakukan aktivitas
pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa yang berupa suara (menyimak),
maupun berupa tulisan (membaca) yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding
guna guna memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasih.
c.
Hubungan menyimak dan menulis
Menulis dan menyimak merupakan
aktifitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak bersifat reseptif, dan
menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak dan menulis memiliki
hubungan yang erat dari menyimak sutu ujaran atau informasih dapat menumbuhkan
kratifitas untuk menulis hasil simakan yang diperoleh. Dan dituangkan dalam
suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi , prosa, dll.
d.
Hubungan membaca dan menulis
Membaca dan menulis merupakan
aktifitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang
bersifat produktif, sedangkan membaca adalah kegiatan yang bersifat reseptif.
Seorang penulis menyampaikan gagasan, perasaan, atau informasih dalm bentuk
tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mecoba memahami gagasan, perasaan, atau
informasih yang disajikan dalam bentuk tulisan.
e.
Hubungan menulis dan berbicara
Berbicara dan menulis merupakan
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Berbicara merupakan kegiatan ragam
lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan berbhasa ragam tulis. Menulis pada
umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan berbicara
merupakan kegiatan bahasa yang bersifat langsung. Berbicara pada hakikatnya
merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam proses itu terjadi pemindahan
pesan dari suatu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan). Pesan yang akan
disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbol-simbol yang
dipahami oleh kedua belah pihak (Abd. Gafur, 6 :2009). Aspek-aspek yang dinilai
pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan non kebahasaan.
Aspek kebahasaan terdiri atas:
ucapan atau lafal, tekanan kata, nada, dan irama persendian, kosa kata atau
ungkapan dan variasi kalimat atau struktur kalimat.
Aspek nonkebahasaan terdiri atas:
kelancaran, penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban, semangat dan
sifap.