PERIODISASI SASTRA INDONESIA
Sastra
Indonesia terbagi menjadi dua bagian yaitu lisan dan tulisan.
Secara urutan waktu maka satra Indonesia
terbagi menjadi beberapa angkatan :
1.
PUJANGGA LAMA
Pujangga
lama merupakan bentuk pengklasifikasikan karya sastra Indonesia yang dihasilkan
sebelum abad ke-20, pada masa ini karya sastra didominasi oleh syair, pantun,
gurindam, dan hikayat. Di Nusantara budaya melayu klasik dengan pengaruh Islam
yang kuat meliputi sebagian besar negara pantai Sumatra dan semenanjung malaya.
Di Sumatra bagian utara muncul karya-kaya penting berbahasa melayu terutama
karya-karya keagamaan.
Hamzah Pansuri adalah yang
pertama diantara penulis angkatan pujangga lama dari istana kesultanan Aceh
pada abad ke-17 muncul karya klasik selanjutnya yang paling terkenal adalah
karya Syamsudin Pasai dan Abdul Rauf Singkir serta Nuruddin Arraniri.
·
Karya sastra
pujangga lama
1.
Hikayat
-
Hikayat
Abdullah - Hikayat Kalia dan Damina
-
Hikayat
Aceh - Hikayat masyidullah
-
Hikayat
Amir Hamzah - Hikayat
Pandawa jaya
-
Hikayat
Andaken Panurat - Hikayat Panda Tonderan
-
Hikayat
Bayan Budiman - Hikayat Putri Djohar Munikam
-
Hikayat
Hang Tuah - Hikayat Sri Rama
-
Hikayat
Iskandar Zulkarnaen - Hikayat Jendera Hasan
-
Hikayat
Kadirun -
Tasibul Hikaya
2.
Syair
-
Syair
Bidasari
-
Syair
Ken Tambuhan
-
Syair
Raja Mambang Jauhari
-
Syair
Raja Siam
3.
Kitab
Agama
-
Syarab
Al Asyidiqin (minuman para pecinta) oleh Hamzah Panzuri
-
Asrar
Al-arifin (rahasia-rahasia gnostik) oleh Hamzah Panzuri
-
Nur
ad-duqa’iq (cahaya pada kehalusan-kehalusan) oleh Syamsudin Pasai.
-
Bustan
as-salatin (taman raja-raja) oleh Nuruddin Ar-Raniri.
2.
SASTRA MELAYU LAMA
Karya
satra yang dihasilkan antara tahun 1870-1942 yang berkembang dilingkungan
masyarakat sumatra seperti “Langkat, Tapanuli, Minangkabau dan Sumatra
lainnya”, orang Tionghoa dan masyarakat Indo-Eropa. Karya sastra pertama yang
terbit sekitar tahun 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat, dan terjemahan
novel barat.
·
Karya Sastra
Melayu Lama
-
Robinson
Crousoe (terjemahan)
-
Lawan-lawan
Merah
-
Mengelilingi
Bumi Dalam 80 Hari (terjemahan)
-
Grauf
de Monte Cristo (terjemahan)
-
Rocambole
(terjemahan)
-
Nyui
Dasima oleh G. Prancis (indo)
-
Bung
Rampai oleh A.F. Bewali
-
Kisah
Perjanan Nahkoda Bontekoe
-
Kisah
Pelayaran ke Pulau Kalimantan
-
Cerita
Siti Aisyah oleh H.F.R. Komer (indo)
-
Cerita
Nyonya Kong Hong Nio
-
Nona
Leonie
-
Warna
Sari Melayu oleh Kat. S.J
-
Cerita
Si Conat oleh F.D.J
3.
ANGKATAN BALAI PUSTAKA
Angkatan
Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920,
yang dikeluarkan oleh penerbit “Bali Pustaka”. Prosa (roman, novel,cerpen, dan
drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan mulai menggantikan kedudukan
syair, pantun, gurindam, hikayat, dan kazhanah sastra di Indonesia pada masa
ini
Balai
Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul
dan liar yang dihasilkan sastra melayu rendah yang tidak menyoroti pernyaian
(cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan
karya dalam 3 bahasa yaitu bahasa Melayu tinggi, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda,
dan dalam jumlah yang terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
“Nur Sultan Iskandar” dapat disebut
sebagai “raja angkatan balai pustaka” karna karya-karya tulisnya pada masa
tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang, dapat dikatakan
bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah novel Sumatera dengan Minangkabau sebagai
titik pusatnya.
Pada
masa ini novel “Siti Nurbaya, dan Salah Asuhan” menjadi karya cukup penting,
keduanya mengkritik adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu.
·
Penulis dan
Karya Sastra Angkatan Balai Pustaka
1.
Merari Siregar
-
Azab
dan Sengsara (1920)
-
Binasa
Karna Gadis Priangan (1931)
-
Cinta
dan Hawa Nafsu
2.
Marah Roesli
-
Siti
Nurbaya (1922)
-
Laihami
(1924)
-
Anak
dan Kemanakan (1956)
3.
Muhammad Yamin
-
Tanah
Air (1922)
-
Indonesia
Tumpah Darahku (1928)
-
Kalau
Dewi Tara Sudah Berkata
-
Ken
Arok dan Ken Dedes (1934)
4.
Nur Sultan
Iskandar
-
Apa
Dayaku Karna Aku Seorang Perempuan (1923)
-
Cinta
Yang Membawa Maut (1926)
-
Salah
Pilih (1928)
-
Tuba
Dibalas Dengan Susu (1933)
-
Hulubalung
Raja (1934)
-
Katak
Hendak Menjadi Lembu.
5.
Lulis Sutan Suti
-
Tak
Disangka (1923)
-
Sengsara
Membawa Nikmat (1928)
-
Tak
Membalas Guna (1932)
-
Memutuskan
Pertalian (1932)
6.
Djamaluddin Adinegoro
-
Dara
Muda (1927)
-
Asmara
Jaya (1928)
-
Abas
Soetan Pamoentjak
-
Pertemuan
(1927)
7.
Abdul Muis
-
Salah
Asuhan (1928)
-
Pertemuan
Jodoh (1933)
8.
Aman Datuk
Madjoindo
-
Menebus
Dosa (1932)
-
Sicebol
Merindukan Bulan (1934)
-
Sampaikan
Salamku Kepadanya (1935)
4.
PUJANGGA BARU
Pujangga
Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai
Pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap
karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra
Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik, dan elistik.
Pada
masa itu, terbit pula majalah pujangga baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana, beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra Indonesia setelah zaman Balai Pustaka
(tahun 1930–1942), dipelopori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana. Karyanya layar terkembang, menjadi salah satu novel
yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada periode ini novel
Tengelamnya Kapal Vander Wijck dan Kalau Tak Untung menjadi karya penting
sebelum perang.
Pada masa ini
dua kelompok sastrawan Pujangga Baru yaitu :
1. Kelompok “Seni
Untuk Seni” yang dimotori oleh Sanusi
Pane dan Tengku Amir Hamzah.
2. Kelompok “Seni
Untuk Pembangunan Masyarakat” yang dimotori oleh Sutan Takdir Alisjahbana, Armijn Pane, dan Rustam Effendi.
·
Penulis dan
Karya Sastra Pujangga Baru
1.
Sutan Takdir
Alisjabana
-
Dian
Tak Kunjung Padam (1932)
-
Tebaran
Mega- kumpulan sajak (1935)
-
Layar
Terkembang (1936)
-
Anak
Perawan di Sarang Penyuman (1940)
2.
Hamka
-
Di
Bawah Lindungan Ka’bah (1938)
-
Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck (1939)
-
Tuan
direktur (1950)
-
Di
Dalam Lembah Kehidupan (1940)
3.
Armijn Pane
-
Jiwa
Berjiwa Gamelan Djiwa- kumpulan sajak (1960)
-
Djinak-djinak
Merpati- sandiwara (1950)
-
Kisah
Antara Manusia (1953)
4.
Sanusi Pane
-
Pancaran
Cinta (1926)
-
Puspa
mega (1927)
-
Sandhykala
Ning Majapahit (1933)
-
Kertajaya
(1932)
5.
Tengku Amir
Hamzah
-
Nyanyi
Sunyi (1937)
-
Begawat
Gita (1933)
-
Setanggi
Timur (1939)
5.
ANGKATAN 1945
Pengalaman
hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan
“45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan
Pujangga Baru yang romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini
banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan seperti halnya
puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan
angkatan “45 memiliki konsep yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”
konsep ini menyatakan bahwa para sastrawan angkatan “45 ingin bebas berkarya
sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani. Selain Tiga Menguak Takdir dari Ave
Maria ke Jalan Lain ke Roma dan Atheis
dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
·
Penulis dan
Karya Sastra Angkatan 1945
1.
Chairil Anwar
-
Kerikil
Tajam (1949)
-
Deru
Campur Debu (1949)
2.
Asrul Sani,
bersama Rivai Apin dan Chairil Anwar
-
Tiga
Menguak Takdir (1950)
3.
Idrus
-
Dari
Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
-
Aki
(1949)
-
Perempuan
Dan Kebangsaan
4.
Achdiat K.
Mihardja
-
Atheis
(1949)
5.
Trisno Sumardjo
-
Katahati
dan Perbuatan (1952)
6.
Utuy Tatang
Sontani
-
Suling
(drama) (1948)
-
Tambera
(1949)
-
Awal
dan Mira – drama satu babak (1962)
7.
Suman Hs
-
Kasih
ta’ Terlarai (1961)
-
Mentjari
Pentjuri Anak Perawan (1957)
-
Pertjobaan
Setia (1940)
6.
ANGKATAN 1950-1960-an
Angkatan
’50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra Kisah Asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra
yang didominasi oleh cerita pendek dan kompulan puisi. Majalah tersebut
bertahan sampai tahun 1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya, Sastra.
Pada
angkatan ini muncul gerakan komunis di kalangan sastrawan, yang bergabung dalam
Lembaga Kebudajaan Rakjat (lekra) yang berkonsep sastra Realisme-Sosialis.
Timbulnya perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di kalangan sastrawan
Indonesia pada awal tahun 1960, menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karna
masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya
G30S di Indonesia.
·
Penulis dan
Karya Sastra Angkatan 1950 – 1960-an
1. Pramoedya Ananta Toer
-
Keranji
dan Bekasi Jatuh (1947)
-
Bukan
Pasar Malam (1951)
-
Di
Tepi Kali Bekasi (1951)
-
Keluarga
Gerilya (1951)
-
Mereka
Yang Dilumpuhkan (1951)
-
Cerita
Dari Blora (1952)
-
Gadis
Pantai (1965)
2. Nh. Dini
-
Dunia
Dunia (1950)
-
Hati
Jang Damai (1960)
3. Sitor Situmorang
-
Dalam
Sadjak (1950)
-
Djalan
Mutiara: kumpulan tiga sandiwara (1954)
-
Pertempuran
dan Saldju di Paris (1956)
-
Surat
Kertas Hidjau: kumpulan sadjak (1953)
-
Wadjah
Tak Bernama: kumpulan sadjak (1955)
4. Muchtar Lubis
-
Tak
Ada Esok (1950)
-
Jalan
Tak Ada Ujung (1952)
-
Tanah
Gersang (1964)
-
Si
Djamal (1964)
5. Marius Ramis Dayoh
-
Putra
Budiman (1951)
-
Pahlawan
Minahasa (1957)
6. Ajip Rosidi
-
Tahun-tahun
Kematian (1955)
-
Di
Tengah Keluarga (1956)
-
Sebuah
Rumah Untuk Hari Tua (1957)
-
Cari
Muatan (1959)
-
Pertemuan
Kembali (1961)
7. Ali Akbar Navis
-
Robohnya
Surau Kami- 8 cerita pendek pilihan (1955)
-
Bianglala-
kumpulan cerita pendek (1963)
-
Hujan
Panas (1964)
-
Kemarau
(1967)
7.
ANGKATAN 1966 – 1970-an
Angkatan
ini ditandai dengan terbitnya Horison (majalah sastra) pimpinan Muchtar Lubis. Semangat avant-garde
sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang
sangat beragam dalam aliran sastra dengan munculnya karya sastra beraliran surealistik,
arus kesadaran, arketip, dan absurd. Penerbitan Pustaka Jaya sangat banyak
membantu dalam menerbitkan karya-karya sastra pada masa ini. Sastrawan pada
angkatan 1950-an yang juga termasuk dalam kelompok ini adalah Montiggo Busye, Purnawan Tjondronegoro,
Djamil Suherman, Bur Rusanto, Goenawan Mohamad, dan Satyagraha Hoerip Soeprobo
dan termasuk paus sastra Indonesia H.B.
Jassin.
Beberapa
sastrawan pada angkatan ini antara lain : Umar
Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin C.Noer, Darmanto Jatman, Arif Budiman,
Goenawan Muhamad, Budi Darma, Hamsat Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing
Kardjo, Taufik Ismail, DLL.
·
Penulis Dan
Karya Sastra Angkatan 1966
1.
Taufik Ismail
-
Malu
(Aku) Jadi Orang Indonesia
-
Tirani
dan Benteng
-
Buku
Tamu Musim Perjuangan
-
Sajak
Ladang Jagung
-
Kenalkan
-
Saya
Hewan
-
Puisi-puisi
Langit
2.
Sutardji Calzom
Bachri
-
O
-
Amuk
-
Kapak
3.
Abdul Hadi WM
-
Meditasi
(1976)
-
Potret
Panjung Pengunjung Pantai Sanur (1975)
-
Tergantung
Pada Angin (1977)
4.
Supardi Djoko
Damono
-
Dukamu
Abadi (1969)
-
Mata
Pisau (1974)
5.
Goenawan Muhamad
-
Perikesit
(1969)
-
Interlude
(1971)
-
Potret
Seorang Penyair Muda Sebagai Simalin Kundang (1972)
-
Seks,
Sastra, dan Kita (180)
6.
Umar Kayam
-
Seribu
Kunang-kunang di Manhattan
-
Sri
Sumara dan Bawuk
-
Lebaran
Di Karet
-
Pada
Suatu Saat di Bandar Sangging
-
Kelir
Tanpa Batas
-
Para
Priyayi
-
Jalan
Manikung
7.
Danarto
-
Godlob
-
Adam
Makrifat
-
Berhala
8.
Nasjah Djamin
-
Hilanglah
Si Anak Hilang (1963)
-
Gairah
Untuk Hidup dan Mati (1968)
9.
Putu Wijaya
-
Bila
Malam Bertambah Malam (1971)
-
Telegram
(1973) - Pabrik
-
Stasiun
(1977) - Gres dan Bom
8.
ANGKATAN 1980 – 1990-an
Karya
sastra Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya
roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut
yaitu Marga T. Karya sastra Indonesia
pada angkatan ini tersebar luas di berbagai majalah dan penerbitan umum.
Beberapa
sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an antara lain adalah : Rami Sylado,Yudistria Ardinugraha, Noorca
Mahendra, Seno Gumira Aji Darma, Pipiet Senja, Kurniawan Junaidi, Ahmad
Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Efendi Tarsyad, Noor Aini
Cahaya Khairani, dan Tajuddin Noor
Ganie.
Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah
sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan
beberapa karyanya antara lain: Pada
Sebuah Kapal, Namaku Huriko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati Yang Damai. Salah satu ciri khas
yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah kuatnya pengaruh dari
budaya barat, dimana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan pemikiran
timur.
Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol dengan
fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya tokoh utama
pada novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai
Pustaka yang masih dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama
selalu dimatikan untuk menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-kaya pada
era 1980-an biasanya selalu mengalahkan peran antagonisnya.
Namun
yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga tumbuh sastra yang
beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang
ngepop inilah diyakini tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik
membaca karya-karya yang lebih dan berat.
Ada
nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Wanita yang
dikomandoi Titie Said, antara lain: La
Rose, Lastri Fardanhi, Diah Hadaning, Yvonne De Fretes, dan Oka Rusmini.
·
Penulis dan
Karya Sastra Angkatan 1980 – 1990-an
1. Ahmadun Yosi Herfanda
-
Ladang
Hijau (1980)
-
Sajak
Penari (1990)
-
Sebelum
Tertawa Dilarang (1997)
-
Fragmen-fragmen
Kekalahan (1997)
-
Sembahyang
Rerumputan (1997)
2. Y.B Mangunwijaya
-
Burung-burung
Manyar (1981)
3. Darman Moenir
-
Bako
(1983)
-
Dendang
(1988)
4. Budi Darma
-
Olenka
(1983)
-
Rafilus
(1988)
5. Sundhunata
-
Anak
Bajang Menggiring Angin (1984)
6. Arswendo Atmowilito
-
Canting
(1986)
7. Hilman Hariwijaya
-
Lupus
– 28 novel (1986-2007)
-
Lupus
Kecil – 13 novel (1989-2003)
-
Olga
Sepatu Roda (1992)
-
Lupus
ABG – 11 novel (1995- 2005)
8. Dorothea Rosa Herliany
-
Nyanyian
Gaduh (1987)
-
Matahari
Yang Mengalir (1990)
-
Kepompong
Sunyi (1993)
-
Nikah
Ilalang (1995)
-
Mimpi
Gugur Daun Zaitun (1999)
9. Gustaf Rizal
-
Segi
Empat Patah Sisi (1990)
-
Segitiga
Lepas Kaki (1991)
-
Ben
(1992)
-
Kemilau
Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
10. Remy Silado
-
Ca
Bau Kan (1999)
-
Kerudung
Merah Kirmizi (2002)
11. Afrizal Malna
-
Tonggak
Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
-
Yang
Berdiam Dalam Mikrofon (1990)
-
Cerpen-cerpen
Nusantara Mutakhir (1991)
-
Dinamika
Budaya dan Politik (1991)
-
Arsitektur
Hujan (1995)
-
Pistol
Perdamaian (1996)
-
Kalung
Dari Teman(1998)
9.
ANGKATAN REFORMASI
Seiring
terjadinya pergeseran kekuasaran politik
dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH Abdulrahman Wahid (Gusdur)
dan Megawati Soekarno Putri, muncul wacana tentang “Sastrawan Angkatan
Reformasi”. Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra,
puisi, cerpen, maupun novel yang bertema sosial-politik, khususnya seputar
Reformasi. Di rubik sastra harian Repoblika misalnya, selama berbulan-bulan
dibuka rubik sajak-sajak peduli Bangsa atau sajak-sajak reformasi. Berbagai
pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi juga didominasi
sajak-sajak bertema sosial-politik.
Sastrawan
angktan Reformasih merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada
akhir tahun 1990-an, seiring dengan jatuhnya Orde Baru. Proses Reformasi
politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak melatarbelakangi kelahiran
karya-karya sastra, puisi, cerpen dan novel pada masa itu. Bahkan
penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial-politik, seperti Sutardji Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda,
Acep zamzam Noer, dan Hartono Beny
Hidayat dengan media online: duniasastra.com-nya
, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-sajak sosial-politik mereka.
·
Penulis dan
Karya Sastra Angkatan Reformasi
1. Widji Thukul
-
Puisi
Pelo
-
Darman
10. ANGKATAN 2000-an
Setelah
wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasih muncul, namun tidak
berhasil dikukuhkan karna tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar wacana tentang
lahirnya “Angkatan 2000”. Sebuah buku tebal tentang angkatan 2000 yang
disusunnya diterbitkan oleh Gramedia,
Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair, cerpenis, novelis, eseis, dan
kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam angkatan 2000, termasuk mereka yang
sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal
Malna, Ahmad Yosi Herfanda, dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada
1990-an seperti Ayu Utami, dan Dhorotea Rosa Herliany.
·
Penulis dan Karya
Sastra Angkatan 2000
1.
Ayu Utami
-
Saman
(1998)
-
Larung
(2001)
2.
Seno Gumira
Ajidarma
-
Atas
Nama Malam
-
Sepotong
Senja Untuk Pacarku
-
Biola
Tak Berdawai
3.
Dewi Lestari
-
Supernova
1: Ksatria Putri dan Bintang Jatuh (2001)
-
Supernova
2.1: Akar (2002)
-
Supernova
2.2: Petir (2004)
4.
Raudal Tanjung
Banua
-
Pulau
Cinta di Peta Buta (2003)
-
Ziarah
Bagi Yang Hidup (2004)
-
Perang
Tak Berulu (2005)
-
Gugusan
Mata Ibu (2005)
5.
Habiburrahman El
Shirazy
-
Ayat-ayat
Cinta (2004)
-
Di
Atas Sajadah Cinta (2004)
-
Ketika
Cinta Berbuah Surga (2005)
-
Pudarnya
Pesona Cleopatra(2005)
-
Ketika
Cinta Bertasbih 1 (2007)
-
Ketika
Cinta Bertasbih 2 (2007)
-
Dalam
Mihrab Cinta (2007)
6.
Andrea Hirata
-
Laskar
Pelangi (2005)
-
Sang
Pemimpi (2006)
-
Edensor
(2007)
-
Maryamah
Karpov (2008)
-
Padang
Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
7.
Ahmad Faudi
-
Negeri
Lima Menara (2009)
-
Ranah
Tiga Warna (2011)
8.
Tosa
-
Lukisan
Jiwa (puisi) (2009)
-
Melan
Conis (2009)
11. CYBERSASTRA
Era
internet memasuki komunitas sastra di Indonesia. Banyak karya sastra Indonesia
yang tidak dipublikasi melalui buku namun termagtub di dunia maya (internet),
baik yang dikelola resmi oleh pemerintah, organisasi non-profit, maupun situs
pribadi. Ada beberapa sistus Sastra Indonesia di dunia maya misalnya: duniasastra.com.
keren ! ngebantu banget, makasih ya :)
ReplyDelete@ sama2 widya lupitami (Y)
ReplyDeleteterima kasih atas artikel anda , kini berkat artikel anda , saya bisa membuat makalah tentang periode karya sastra ,
ReplyDeletethanks sob :), mampir juga ya ke blog saya